Sabtu, 31 Mei 2014

Habis Suka Tinggallah Duka



Dring…… dring….. dring…. Sekitar pukul 05.00 wib pagi handpone poliponik ku berbunyi.  Aku terheran, kenapa pagi-pagi buta seperti ini handpone tulalit milikku berbunyi?  Saat itu tidak kupedulikan siapa orangnya, karena,  nomor itu tidak kukenal. Kemudian ku putuskan untuk melanjutkan tidur...
Satu jam kemudian, tepatnya pukul 06.00 wib, aku melihat handpone poliponikku yang berbunyi tadi. saat dibuka kunci handpone poliponik yang bertipe Nokia 1110 itu, aku lihat Cuma ada sms kosong yang tak beralamat. “Ini nomor handpone siapa ya?”  hatiku bertanya-tanya.
Saat itu aku hanya beranggapan bahwa nomor handpone yang tidak dikenal itu hanya teman yang lagi iseng-iseng. Mana tauan teman iseng hanya untuk membangunkan untuk shalat subuh….
Kemudian aku putuskan untuk menghubunginya. “hallo, ini siapa?” Tanyaku!! Ia pun membalas ucapanku.
“ saya Karina bang, kok bang Tanya ini siapa, lupa ya?”
Aku terdiam,,,, setelah diingat-ingat, aku tidak kenal yang namanya Karina, apalagi mendengarkan suaranya yang begitu lembut dan santun sewaktu menyapaku…
“Kenapa diam?” Ujarnya dengan lembut dan santun. Akupun terkaget dan tersentak dari keterlenaan. “Gak,,, gak tadi aku cuma melihat orang lewat aja. Kelihatannya orang itu begitu lucu!!!” 
jawabku dengan penuh alasan dan malu-malu…
Dengan hati yang sedikit bergetar, akupun bertanya, “ini Karina dimana ya? Kok nomor handponenya tidak ada nama di handponeku? Apa jangan-jangan ini Cuma halusinasi atau aku yang sedang bermimpi ya?” Hehehehe, tanyaku diiringi ketawa.
Dengan suara yang begitu lembut dan sangat menyenangkan, perempuan itu menjawab pertanyaanku dengan simple, “tidak ingat ya bang saat kita pelatihan jumat kemaren? saya orang yang meminta nomor handpone bang di dekat pintu  masuk WC! itu”
Setelah aku ingat orang yang meminta nomor handponeku di depan pintu WC, akupun merasa penuh percaya diri.  saat mau berwudu` untuk menunaikan shalat zuhur. Saat itulah pertama kali kami saling bertatap muka. Pandangannya sangat sayu, matanya sangat indah, dan suaranya begitu lembut.
Hahahahaha….
Aku ingat!!!
“Kenapa baru sekarang karina menghubungi bang” jawabku dengan penuh kepedean!!!
Akupun tidak tau Karina mau menjawab apa. Pikiranku, karina langsung mencemoohkan pertanyaan yang aku berikan lewat handpone saat itu.
“maaf  ya bang, Karina baru ada pulsa” jawabnya dengan singkat!!! Lalu Karina diam begitu saja tanpa menambah ucapannya.
Akupun juga ikut terdiam menanti sambungan perkataannya. Karina juga kedengaran tersipu malu, seperti yang juga aku rasakan.
Kamipun sama-sama terdiam selama kurang lebih tiga menit. Tiga menit bukanlah waktu yang singkat untuk saling diam saat berkomunikasi melalui handpone.
“Karina, nanti bang hubungi lagi ya, bang mandi dulu. Karena baru bangun” ucapku dengan gerogi.
“ya bang, maaf  ya mengganggu” katanya, yang kedengaran penuh penyesalan!!!
Tidak merasa enak dengan kata-kata yang diucapkan Karina, akupun langsung menjawab” tidak apa-apa Karina, biasa aja tuh” hehe…
Kemudian dengan mengucapkan salam, akupun langsung mematikan handpone!!!
Waktu terus berlalu, aku sibuk dengan kegiatan kuliah yang begitu padat. Begitu juga Karina. Karina tinggal di padang, ditempat ia berkuliah. Tapi tempat asal Karina bukanlah di Padang. Melainkan Karina kelahiran Padangpanjang.
Satu minggu sudah dilewati.  Setelah berkomunikasi pada minggu yang lalu aku maupun Karina tidak pernah saling menghubungi satu sama lain.
Sampai waktunya, saat itu cuaca begitu cerah dan langit terlihat tak berawan. Hari itu adalah hari kamis.  tepatnya sekitar pukul 13.00. tubuhku dibasahi oleh keringat disaat dalam perjalanan menuju kampus tempat Karina kuliah, khususnya salah satu  sekretariat unit kegiatan mahasiswa di kampus itu. 
Tidak terasa, akupun sudah sampai di sekretariat UKM yang ku tuju. Satu jam sudah aku habiskan untuk mengobrol bersama Dina. Dina merupakan salah satu anggota dari UKM yang aku kunjungi.
Dengan rasa ingin ketemu, akupun membuat pesan singkat kepada Karina.
 “Karina, lagi dimana sekarang?
Bang sedang berada di kampus Karina nih!!! Bang tunggu di depan gerbang ya”
kemudian pesan yang ditulis itu ku kirim kepada Karina.
Selesai pesan terkirim, akupun segera bergegas pergi dari sekretariat tempat aku bertamu. berjalan kaki menuju gerbang. Dalam perjalanan…..
tulalit……. tulalit…… tulalit…………
Handphone poliponikku berbunyi. Bergegas ku mengambilnya dari dalam saku celana. “ini pasti pesan singkat dari Karina” ucapku sambil berjalan.
“ya bang. Karina sudah di gerbang. Bang lagi dima?”
pesan singkat dari Karina membuat langkahku menuju gerbang menjadi lebih cepat. Aku harap Karina tidak berbohong.
“bang….. bang…. bang…!!!!”
Kedengarannya itu suara Karina yang memanggil. Kepalapun berputar-putar melirik dari mana suara itu datangnya…
“bang, disini bang” panggil Karina dengan kerasnya.
Ternyata Karina berada diseberang jalan di depan gerbang. “ya Karina, tunggu disana” ujarku dengan keras. Karena  kendaraan yang berlalu lalang membuat kebisingan, harus membuat kami selalu berbicara lebih keras.
 “Tidak usah kesini bang, Karina juga mau kesitu kok” kata Karina dengan suara keras. Ia pun pelan-pelan menyebrangi jalan. Jalur pertma sudah dilewati Karina. Akupun hanya bisa melihat ia menyebrang.
Sampai pertengahan jalur kedua yang disebrangi Karina….
tit…. tit…. tit…….
Aku terkejut mendengar klakson mobil avanza warna hitam yang kencang dari arah pusat kota. “awas Karina!!!” teriak ku dengan keras.. tapi Karina tidak mendengar teriakkanku.
Brack……brack…. !!!!!
Dengan suara yang sangat keras, Karina dihantam mobil avanza yang berlaju kencang bernomor  polisi, BA 304.. D. Semua orang menyaksikan kejadian itu. Aku tidak tinggal diam. Segera kupangku dan kuangkat Karina ketepi jalan.
“antarkan aku pulang bang” ujar Karina dengan ciri khas suaranya yang lembut. Hanya dapat mengucapkan empat kata, Karinapun langsung jatuh pigsan.
Tanpa diasadari air mataku sedikit demi sedikit mulai keluar disaat mendengar ucapan Karina.
 “ini salahku, kenapa harus aku yang menunggu Karina disebrang jalan ini” saat itu aku penuh penyesalan.
Tidak hanya aku, mahasiswa yang juga menyaksikan kejadian itu juga ikut membantu untuk membawa Karina kerumah sakit. Karina dibawa dengan mobil ambulance milik dinas kesehatan,  menuju rumah sakit.
Dengan mengiringi mobil ambulance, akupun juga sampai di rumah sakit tempat Karina dirawat.
“mas tunggu diluar saja, biar kami yang mengurus pasien dalam ruangan” ujar salah seorang perawat dirumah sakit itu.
Satu jam kemudian, dokter memberitahukan kepada saya bahwa Karina tidak bisa diselamatkan….
“maaf mas, kami tim dokter sudah berusaha membantu dan mengobati pasien. Tapi Allah berkehendak lain. Bisakah mas membantu kami untuk menghubungi orang keluarga  pasien?” kata dokter dengan ramahnya. Karena dokter tau, aku hanyalah sahabatnya Karina.
“bisa buk” jawabku dengan spontan!!!!
Aku segera menghubungi teman Karina. Karena aku tidak tau alamat maupun keluarga Karina sendiri.
tut……….. tut…………. tut……………
“hallo siapa ni?” Jawab tuti saat mengangkat telpon dariku.
 “tuti, ini aku temannya Karina. Tuti, tadi Karina kecelakaan di depan gerbang kampus. Sekarang ia berada dirumah sakit. Bisakah Tuti menghubungi keluarga Karina?” kataku dengan terbata-bata saat berkomunikasi dengan Tuti.
“iya bang, secepatnya Tuti kesana bersama keluarganya Karina” jawabnya dengan cemas, kaget dan tergesa-gesa.
Satu jam kemudian Tuti bersama keluarga Karina kelihatan sudah memasuki gerbang rumah sakit. Melihat kedatangan Tuti bersama keluarga Karina, akupun merasa ingin pergi dan tidak mau bertemu dengan mereka. Karena diriku merasa sangat bersalah.
“dok, itu keluarganya pasien tadi. nanti dokter hubungi saja mereka ya” ucapku sambil menunjuk kearah Tuti dan keluarganya Karina.
“ya mas” jawab dokter dengan singkatnya. Akupun segera pergi meninggalkan rumah sakit. Aku tidak mau melihat keluarga karina menangis histeris atas kesalahan yang sudah ku perbuat.
Dalam perjalanan pulang, aku berpikir, ini memang suatu kejahatan yang pernah ku lakukan seumur hidup. Kejadian ini tidak bisa terlupakan. “memang semuanya sudah ditakdirkan oleh Allah SWT” pikirku sambil berjalan. Tapi bagaimanapun juga, diriku merasa orang paling bersalah terhadap Karina, apalagi terhadap keluarganya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar