Dring…… dring….. dring…. Sekitar pukul
05.00 wib pagi handpone poliponik ku berbunyi.
Aku terheran, kenapa pagi-pagi buta seperti ini handpone tulalit milikku
berbunyi? Saat itu tidak kupedulikan
siapa orangnya, karena, nomor itu tidak
kukenal. Kemudian ku putuskan untuk melanjutkan tidur...
Satu jam kemudian, tepatnya pukul 06.00
wib, aku melihat handpone poliponikku yang berbunyi tadi. saat dibuka kunci handpone
poliponik yang bertipe Nokia 1110 itu, aku lihat Cuma ada sms kosong yang tak
beralamat. “Ini nomor handpone siapa ya?”
hatiku bertanya-tanya.
Saat itu aku hanya beranggapan bahwa
nomor handpone yang tidak dikenal itu hanya teman yang lagi iseng-iseng. Mana
tauan teman iseng hanya untuk membangunkan untuk shalat subuh….
Kemudian aku putuskan untuk
menghubunginya. “hallo, ini siapa?” Tanyaku!! Ia pun membalas ucapanku.
“ saya Karina bang, kok bang Tanya ini
siapa, lupa ya?”
Aku terdiam,,,, setelah diingat-ingat,
aku tidak kenal yang namanya Karina, apalagi mendengarkan suaranya yang begitu
lembut dan santun sewaktu menyapaku…
“Kenapa
diam?” Ujarnya dengan lembut dan santun. Akupun terkaget dan tersentak dari
keterlenaan. “Gak,,, gak tadi aku cuma melihat orang lewat aja. Kelihatannya
orang itu begitu lucu!!!”
jawabku
dengan penuh alasan dan malu-malu…
Dengan hati yang sedikit bergetar,
akupun bertanya, “ini Karina dimana ya? Kok nomor handponenya tidak ada nama di
handponeku? Apa jangan-jangan ini Cuma halusinasi atau aku yang sedang bermimpi
ya?” Hehehehe, tanyaku diiringi ketawa.
Dengan suara yang begitu lembut dan
sangat menyenangkan, perempuan itu menjawab pertanyaanku dengan simple, “tidak
ingat ya bang saat kita pelatihan jumat kemaren? saya orang yang meminta nomor handpone
bang di dekat pintu masuk WC! itu”
Setelah aku ingat orang yang meminta
nomor handponeku di depan pintu WC, akupun merasa penuh percaya diri. saat mau berwudu` untuk menunaikan shalat zuhur.
Saat itulah pertama kali kami saling bertatap muka. Pandangannya sangat sayu,
matanya sangat indah, dan suaranya begitu lembut.
Hahahahaha….
Aku
ingat!!!
“Kenapa baru
sekarang karina menghubungi bang” jawabku dengan penuh kepedean!!!
Akupun tidak tau Karina mau menjawab
apa. Pikiranku, karina langsung mencemoohkan pertanyaan yang aku berikan lewat
handpone saat itu.
“maaf ya bang, Karina baru ada pulsa” jawabnya
dengan singkat!!! Lalu Karina diam begitu saja tanpa menambah ucapannya.
Akupun juga ikut terdiam menanti
sambungan perkataannya. Karina juga kedengaran tersipu malu, seperti yang juga
aku rasakan.
Kamipun
sama-sama terdiam selama kurang lebih tiga menit. Tiga menit bukanlah waktu
yang singkat untuk saling diam saat berkomunikasi melalui handpone.
“Karina, nanti
bang hubungi lagi ya, bang mandi dulu. Karena baru bangun” ucapku dengan
gerogi.
“ya bang, maaf ya mengganggu” katanya, yang kedengaran penuh
penyesalan!!!
Tidak merasa enak dengan kata-kata yang
diucapkan Karina, akupun langsung menjawab” tidak apa-apa Karina, biasa aja
tuh” hehe…
Kemudian
dengan mengucapkan salam, akupun langsung mematikan handpone!!!
Waktu
terus berlalu, aku sibuk dengan kegiatan kuliah yang begitu padat. Begitu juga
Karina. Karina tinggal di padang, ditempat ia berkuliah. Tapi tempat asal Karina
bukanlah di Padang. Melainkan Karina kelahiran Padangpanjang.
Satu minggu sudah dilewati. Setelah berkomunikasi pada minggu yang lalu
aku maupun Karina tidak pernah saling menghubungi satu sama lain.
Sampai waktunya, saat itu cuaca begitu
cerah dan langit terlihat tak berawan. Hari itu adalah hari kamis. tepatnya sekitar pukul 13.00. tubuhku dibasahi
oleh keringat disaat dalam perjalanan menuju kampus tempat Karina kuliah,
khususnya salah satu sekretariat unit
kegiatan mahasiswa di kampus itu.
Tidak terasa, akupun sudah sampai di
sekretariat UKM yang ku tuju. Satu jam sudah aku habiskan untuk mengobrol
bersama Dina. Dina merupakan salah satu anggota dari UKM yang aku kunjungi.
Dengan rasa ingin ketemu, akupun membuat
pesan singkat kepada Karina.
“Karina,
lagi dimana sekarang?
Bang
sedang berada di kampus Karina nih!!! Bang tunggu di depan gerbang ya”
kemudian
pesan yang ditulis itu ku kirim kepada Karina.
Selesai pesan terkirim, akupun segera
bergegas pergi dari sekretariat tempat aku bertamu. berjalan kaki menuju
gerbang. Dalam perjalanan…..
tulalit…….
tulalit…… tulalit…………
Handphone poliponikku berbunyi. Bergegas
ku mengambilnya dari dalam saku celana. “ini pasti pesan singkat dari Karina”
ucapku sambil berjalan.
“ya bang. Karina sudah di gerbang. Bang
lagi dima?”
pesan singkat dari Karina membuat
langkahku menuju gerbang menjadi lebih cepat. Aku harap Karina tidak berbohong.
“bang…..
bang…. bang…!!!!”
Kedengarannya itu suara Karina yang
memanggil. Kepalapun berputar-putar melirik dari mana suara itu datangnya…
“bang,
disini bang” panggil Karina dengan kerasnya.
Ternyata Karina berada diseberang jalan
di depan gerbang. “ya Karina, tunggu disana” ujarku dengan keras. Karena kendaraan yang berlalu lalang membuat
kebisingan, harus membuat kami selalu berbicara lebih keras.
“Tidak
usah kesini bang, Karina juga mau kesitu kok” kata Karina dengan suara keras.
Ia pun pelan-pelan menyebrangi jalan. Jalur pertma sudah dilewati Karina.
Akupun hanya bisa melihat ia menyebrang.
Sampai
pertengahan jalur kedua yang disebrangi Karina….
tit….
tit…. tit…….
Aku terkejut mendengar klakson mobil
avanza warna hitam yang kencang dari arah pusat kota. “awas Karina!!!” teriak
ku dengan keras.. tapi Karina tidak mendengar teriakkanku.
Brack……brack….
!!!!!
Dengan suara yang sangat keras, Karina
dihantam mobil avanza yang berlaju kencang bernomor polisi, BA 304.. D. Semua orang menyaksikan
kejadian itu. Aku tidak tinggal diam. Segera kupangku dan kuangkat Karina
ketepi jalan.
“antarkan
aku pulang bang” ujar Karina dengan ciri khas suaranya yang lembut. Hanya dapat
mengucapkan empat kata, Karinapun langsung jatuh pigsan.
Tanpa
diasadari air mataku sedikit demi sedikit mulai keluar disaat mendengar ucapan
Karina.
“ini salahku, kenapa harus aku yang menunggu
Karina disebrang jalan ini” saat itu aku penuh penyesalan.
Tidak
hanya aku, mahasiswa yang juga menyaksikan kejadian itu juga ikut membantu
untuk membawa Karina kerumah sakit. Karina dibawa dengan mobil ambulance milik
dinas kesehatan, menuju rumah sakit.
Dengan
mengiringi mobil ambulance, akupun juga sampai di rumah sakit tempat Karina
dirawat.
“mas
tunggu diluar saja, biar kami yang mengurus pasien dalam ruangan” ujar salah
seorang perawat dirumah sakit itu.
Satu
jam kemudian, dokter memberitahukan kepada saya bahwa Karina tidak bisa
diselamatkan….
“maaf
mas, kami tim dokter sudah berusaha membantu dan mengobati pasien. Tapi Allah
berkehendak lain. Bisakah mas membantu kami untuk menghubungi orang
keluarga pasien?” kata dokter dengan
ramahnya. Karena dokter tau, aku hanyalah sahabatnya Karina.
“bisa
buk” jawabku dengan spontan!!!!
Aku segera menghubungi teman Karina.
Karena aku tidak tau alamat maupun keluarga Karina sendiri.
tut………..
tut…………. tut……………
“hallo
siapa ni?” Jawab tuti saat mengangkat telpon dariku.
“tuti, ini aku temannya Karina. Tuti, tadi
Karina kecelakaan di depan gerbang kampus. Sekarang ia berada dirumah sakit.
Bisakah Tuti menghubungi keluarga Karina?” kataku dengan terbata-bata saat
berkomunikasi dengan Tuti.
“iya
bang, secepatnya Tuti kesana bersama keluarganya Karina” jawabnya dengan cemas,
kaget dan tergesa-gesa.
Satu jam kemudian Tuti bersama keluarga
Karina kelihatan sudah memasuki gerbang rumah sakit. Melihat kedatangan Tuti
bersama keluarga Karina, akupun merasa ingin pergi dan tidak mau bertemu dengan
mereka. Karena diriku merasa sangat bersalah.
“dok,
itu keluarganya pasien tadi. nanti dokter hubungi saja mereka ya” ucapku sambil
menunjuk kearah Tuti dan keluarganya Karina.
“ya
mas” jawab dokter dengan singkatnya. Akupun segera pergi meninggalkan rumah
sakit. Aku tidak mau melihat keluarga karina menangis histeris atas kesalahan
yang sudah ku perbuat.
Dalam perjalanan
pulang, aku berpikir, ini memang suatu kejahatan yang pernah ku lakukan seumur
hidup. Kejadian ini tidak bisa terlupakan. “memang semuanya sudah ditakdirkan
oleh Allah SWT” pikirku sambil berjalan. Tapi bagaimanapun juga, diriku merasa
orang paling bersalah terhadap Karina, apalagi terhadap keluarganya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar